KOTA MALANG - Sebesar 80% sistem peternakan sapi potong di Indonesia merupakan peternakan rakyat dengan produktivitas rendah, teknologi sederhana, dan kepemilikan hanya 2-3 ekor per peternak. Sehingga hanya mampu memenuhi 52% kebutuhan daging sapi nasional, sisanya dipenuhi melalui impor.
Disisi lain pemerintah memiliki visi menjadi swasembada daging sapi pada tahun 2026 mendatang. Mengingat Indonesia memiliki potensi besar untuk pengembangan industri sapi potong ditinjau dari kondisi geografi, populasi, sumber daya alam, dan biodiversitas.
Salah satu provinsi yang berpotensi untuk pengembangan ternak sapi potong ialah Nusa Tenggara Barat (NTB). Sebab memiliki daya tampung dan daya dukung lahan, ketersediaan pakan hijauan masih sangat mencukupi, jumlah budidaya ternak tiap peternak mencapai puluhan, dan tenaga kerja peternakan mencukupi.
Hal itu diungkapkan oleh dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB), Dr. Nanang Febrianto, S.Pt., M.P., dalam acara kick off Peta Peluang Investasi (PPI) yang diselenggarakan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Kementerian Investasi, Rabu – Jumat (6/7-8/7/2022).
Baca juga:
Forkopimda Jatim Peringati Hakordia 2021
|
Nanang mengatakan dia dan tim akan membuat kajian feasibility studi atau kelayakan usaha ternak sapi potong, dari segi pasar, ekonomi, target, kendala dan penanganannya. Melalui identifikasi, analisis, observasi, hingga merumuskan usulan kebijakan dan implikasinya bagi pengembangan penanaman modal proyek prioritas strategis.
“Kami berharap nantinya hasil dari dokumen kajian pengembangkan agribisnis peternakan sapi potong di Provinsi NTB ini dapat mendorong penanaman modal proyek prioritas/strategis di Indonesia, ”katanya
PPI merupakan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dengan cara menarik minat dan mempermudah para calon investor untuk berinvestasi di Indonesia. Pada rencana penyusunan PPI terdapat bidang pemanfaatan sumber daya alam dan bidang industri manufaktur yang akan ditawarkan. Bidang sumber daya alam meliputi perkebunan, holtikultura, tanaman pangan, perikanan, energi, serta peternakan. Sedangkan bidang industri manufaktur terdiri dari industri kimia, industri aneka, industri logam, industri mesin, industri alat transportasi, dan industri elektronika. (dta/Humas UB)